SWARAHUKUM.com-Medan, Aksi tawuran yang menewaskan seorang pelajar SMKN 9 Medan yang terjadi di salah satu SPBU di Jalan Kapten Sumarsono menjadi pembelajaran bagi para tenaga pendidik dan orang tua.
Aksi tawuran yang sampai menelan korban jiwa mencerminkan tidak adanya rasa kasih dan sayang terhadap sesama pelajar yang sedang bertikai.
Menyikapi peristiwa ini, Anggota DPRD Medan Drs. Wong Cun Sen, M. PdB, Minggu (27/11/2022) juga turut mengucapkan turut berdukacita kepada keluarga korban. Untuk itu, Wong Chun Sen Tarigan mengajak seluruh elemen untuk melakukan evaluasi terhadap pola ajar, pola asuh dan pola pengajaran serta pembentukan karakter anak, termasuk juga penanaman nilai-nilai keagamaan apakah sudah benar dilakukan atau abai sama sekali dalam mengikuti tumbuh kembang anak.
“Terkadang kita merasa sudah cukup untuk menyekolahkan anak, memberinya makan, memberinya uang jajan. Tapi, kita lupa untuk berkomunikasi dengan anak. Bagaimana proses belajarnya, apa kendala yang dihadapi dan bagaimana dengan teman-temannya, dan bagaimana sekolah melakukan pengawasan terhadap anak didiknya, ” kata Wong Chun Sen yang akrab disapa Tarigan, Minggu (27/11) kepada wartawan di kediamannya.
Pengawasan terhadap masalah aksi tawuran yang akhir-akhir ini sering terjadi di Kota Medan, Wong meminta peran aparat penegak hukum dalam hal ini Kepolisian agar mengaktifkan kembali patroli keliling terutama di sentra-sentra sekolah yang kerap melakukan aksi konvoi dan tawuran.
“Yang membuat kita semakin miris dengan perilaku anak-anak sekarang adalah, mereka sudah berani membawa senjata tajam dan mengacungkannya ke udara seraya konvoi berkeliling. Aparat penegak hukum sudah saatnya turun langsung ke sekolah untuk melakukan razia apakah anak-anak sekolah membawa senjata tajam, bila perlu lakukan tes urine untuk melacak apakah mereka sudah ikut dalam lingkaran pemakai atau pengedar narkoba,” paparnya.
Seharusnya, lanjut Wong peserta didik harus diedukasi lebih giat lagi bahwa prestasi yang membanggakan itu adalah ketika siswa mampu menunjukkan prestasinya lewat kemampuan dalam belajar, dalam olahraga atau mengikuti kompetisi bergengsi. Bukan karena ikut konvoi lalu diamankan Polisi atau ikut kelompok begal dan berhasil mencuri sepeda motor atau tertangkap tangan karena mengonsumsi narkoba.
“Itu bukan prestasi, tapi sebuah kemunduran yang akhirnya bisa menciptakan lost generation (kehilangan generasi) potensial yang sesungguhnya ke depan adalah pemegang estafet bangsa dan negara ini ke depan,” sebut Ketua Gemabudhi Sumatera Utara ini.
Tewasnya pelajar SMK dalam aksi tawuran yang terjadi beberapa waktu lalu, tambah Wong harus menjadi pembelajaran bagi semua pihak. Sudah saatnya mendampingi anak dan memberikan mereka bekal iman dan agama, tata krama, sopan santun, sikap saling menghargai dan menghormati.
“Menghargai perbedaan dan bisa menerima diri sendiri adalah sebuah kebanggaan bagi diri kita sendiri. Karena, yang tau batas kemampuan kita adalah diri kita sendiri. Dan yang bisa mengendalikan emosi kita adalah diri kita sendiri. Ayo, kita merenung terutama di suasana Hari Guru Nasional. Guru tidak bisa lagi hanya diam, tapi harus lebih pro aktif agar tidak ketinggalan informasi dan selalu up to date dengan pola pengajaran di era millenial,” ujarnya. (Van)
Sumber : DETEKSI.co
Editor : U.L Gaho
Posting Komentar